Selama bertahun-tahun tinggal di Bandung waktu masih SMA dan kuliah, cuma pernah satu atau dua kali saya ke Taman Hutan Raya Juanda (Tahura). Yang pertama, kalau nggak salah, waktu main ke salah satu curug (air terjun) di sana dengan teman-teman bimbel Seni Rupa. Yang kedua, waktu ngumpulin bahan untuk tugas kuliah bikin brosur THR Juanda. Padahal dulu saya cukup lama kost di Jl. Tubagus Ismail Depan, nggak jauhlah dari sana, kurang dari 4 km jaraknya. Andai dulu saya sudah suka trekking, enak banget, bisa sering ke Tahura untuk menyusuri hutannya dan main ke curug-curugnya, atau sekadar duduk-duduk sambil gambar kek, main ludo kek, ngapain kek.
Nah, kemarin saya senang banget karena ada kesempatan ke Tahura untuk trekking santai. Ini pertama kalinya saya keluar dari Jabodetabek sejak pandemi. Awalnya, saya dan Diyan mau mengantarkan Mama berkunjung ke rumah Tante di Bandung. Tapi karena satu dan lain hal, rencana Mama itu batal. Karena saya dan Diyan sudah semangat banget mau pergi, kami putuskan untuk tetap ke Bandung berdua saja.
Kondisi dan Rute Trekking
Kami sampai di Tahura sekitar jam 9.30 WIB. Mulai trekking dari jam 9.40 sampai jam 12.00. Sebenarnya bisa aja lanjut lagi karena ada banyak rute di dalam Tahura. Tapi karena sudah ada rencana lain dan kami nggak berniat menginap di Bandung, maka kami hanya jalan melewati Gua Jepang, Gua Belanda, jembatan gantung, penangkaran rusa, dan terakhir mencari Curug Koleang namun nggak berhasil melihat curugnya karena ketutupan dedaunan rindang. Yang terakhir agak konyol memang, tapi ya sudahlah, lagi nggak niat-niat amat mau basah-basahan juga.