Showing posts with label travel abroad. Show all posts
Showing posts with label travel abroad. Show all posts

May 22, 2025

Swiss Trip Part 6 (End): Menginap di Bürgenstock dan Sekilas Zurich

Infinity pool at Bürgenstock 

Malam terakhir kami di Swiss dihabiskan di hotel yang sangat eksklusif, Palace Hotel, bagian dari The Bürgenstock Collection. Berdiri di lereng dengan ketinggian 874 m dpl, hotel ini menawarkan pemandangan Danau Luzerne yang tidak terhalangi, serta hamparan hijau dengan sapi-sapi merumput yang bunyi kalung loncengnya terdengar dari balkon kamar. Hotel ini pertama kali dibuka pada tahun 1903 dan pernah menerima tamu-tamu terkenal seperti Sophia Loren, Audrey Hepburn dan Jimmy Carter. Sampai sekarang, kisah itu masih menjadi salah satu kebanggaan Palace Hotel. 

Apr 25, 2025

Swiss Trip Part 5: Swiss Museum of Transport

Matching dengan mata bor raksasa di depan museum


Di hari lainnya, kami berkunjung ke Swiss Museum of Transport di kotat Luzern. Terus terang, saya tidak semangat ke sana karena ia disebut sebagai museum dengan pengunjung paling banyak di Swiss dan cocok untuk keluarga. Langsung terbayang tempat yang penuh anak-anak berlarian ke sana kemari dan berisiknya minta ampun. Eh, ternyata, setelah berkunjung ke museum ini, saya sangat menyukainya!

Benar, banyak anak-anak di sana, tapi mereka cukup tertib dan berisik sewajarnya saja. Yang paling membuat saya menyukai Swiss Museum of Transport adalah ‘artefak’nya sangat komprehensif! SEMUA jenis transportasi yang pernah ada di Swiss, bahkan transportasi luar angkasa, punya tempat di museum ini. Bukan sekadar dipajang saja, banyak display yang interaktif, di dalam maupun di luar gedung. 

Apr 14, 2025

Swiss Trip Part 4: Canton Luzern dengan Danau, Pegunungan, dan Arsitekturnya yang Wow

Mengamati kehebohan para penggemar "Crash Landing on You" di tepi Danau Brienz


Swiss negara yang cukup kecil tapi menyimpan daya tarik yang variatif. Setelah berwisata di pegunungan salju dan mencicipi cheese fonduerombongan kami bertolak dari Interlaken ke wilayah (canton) Luzern naik feri melewati Danau Brienz. Rupanya, danau ini ngehits karena menjadi salah satu lokasi syuting film seri Korea “Crash Landing on You” yang dibintangi Hyun Bin. Ketika kapal merapat sebentar di sebuah dermaga, terlihat antrean panjang wisatawan yang ingin berfoto di lokasi itu. Ada juga penumpang kapal yang sigap turun dan berfoto di dermaga, lalu segera naik lagi ke kapal. Tak peduli sedang gerimis, yang namanya fans tetap semangat berfoto di lokasi bekas syuting sang idola.

Apr 11, 2025

Swiss Trip Part 3: Dari Schilthorn hingga Interlaken, Makan Siang dengan Agen 007


Belum cukup bermain di gunung Jungfraujoch, hari berikutnya kami kembali berjalan di atas pegunungan bersalju, Schilthorn. Tepatnya, kami mencoba atraksi Thrill Walk di Birg.
 

Thrill Walk adalah struktur baja sepanjang 200 m yang mengitari gunung batu di ketinggian 2.677 m. Lewat atraksi wisata ini, Swiss seolah-olah ingin memamerkan teknologi yang mereka kuasai. Jembatan ini terdiri dari beberapa segmen dengan elemen yang berbeda-beda, yang sekaligus menguji ketangkasan dan keberanian kita: lantai jaring baja dengan laluan berupa tambang, lantai kaca, dan terowongan jaring yang hanya bisa dilalui dengan merangkak. Tapi tenang, semua bagian ini ada pagarnya untuk kita berpegangan. Kalau tidak ada, saya pun tak akan berani! 

Mar 7, 2025

Swiss Trip Part 1: Dari Anggur di Lavaux hingga Pameran Tintin di Villars Palace


Dari 
hangatnya gerbong kereta dengan pemandangan lembah hijau hingga pegunungan bersalju yang saat itu dinginnya -6°C, dan dari danau pirus alami hingga gedung-gedung kontemporer serta semua yang ada di antaranya, Swiss sangat impresif buat saya. Memang, saya ke sana dalam rangka kerja dan sesekali harus membuka laptop di kereta atau di kamar hotel, tapi itu sama sekali tidak mengurangi kekaguman saya pada negara asal font Helvetica ini. 

Stasiun kereta di bandara

Highlight dari perjalanan 8 hari di Swiss akan saya ceritakan dalam beberapa artikel ke depan. Sebelum dimulai, tonton dulu, yuk, video highlightnya di sini

Aug 12, 2022

CARA PERPANJANG PASPOR ONLINE

 Paspor lama udah 3 tahun nggak kepake, tahu-tahu udah hampir habis masa berlakunya! Apa boleh buat, perpanjang lagi. Sempat malas perpanjang paspor karena banyak yang mengalami antrean Panjang di imigrasi, gagal daftar online, dan lain-lain. Tapi, karena musim liburan sudah lewat, saya niatkan untuk mencoba peruntungan. Ternyata, prosesnya lancar dan cepat!

Jadi, bagaimana cara perpanjang paspor online di tahun 2022 ini?

 (Namanya juga Wakanda, bisa tiap tahun berubah peraturannya)

 




1.     Download app M-Paspor.

Ada di iOS maupun Android. Logo app-nya seperti ini, jangan sampai salah:

 


2.     Siapkan dokumen.

Dokumen yang diperlukan adalah:

Aug 15, 2021

Walking Tour bertema Street Art di Berlin


Street art? Graffiti? Vandalism? Mural? Apa sih bedanya? Bukannya semua itu sama aja? 

Ternyata tidak, Markonah. Ada perbedaannya walaupun memang sekilas kayaknya sama aja semua. Saya baru tahu definisi-definisinya 2 tahun lalu, waktu ikut walking tour bertema Street Art di Berlin, Jerman. 

Berlin memang terkenal dengan seni jalanannya, dan itulah salah satu alasan kenapa saya ingin ke sana. Maka, sejak dari Jakarta saya dan Diyan sudah booking walking tour dengan Alternative Berlin Tours

Pemandu kami adalah seorang mantan bomber dari Brooklyn bernama Curtis, yang sudah beberapa tahun menikah dengan orang Jerman dan tinggal di Berlin. Selama beberapa jam di hari yang sejuk itu kami diajak menyusuri beberapa jalan yang banyak grafiti dan street art bentuk lainnya. 

Jadi, apa aja perbedaan street art, grafiti, mural, dan sebagainya?

Aug 27, 2020

Tiga Hari di Amsterdam

Bekas kantor VOC yang sekarang jadi perpustakaan.
Bekas kantor VOC yang sekarang jadi perpustakaan.

Pagi itu Hari Buruh Internasional alias May Day setahun yang lalu. Cuaca musim semi yang dinginnya seperti penghujung musim dingin menemani saya dan Diyan menunggu Flix Bus di halte seberang Antwerpen-Centraal, stasiun kereta Antwerp, Belgia. Layanan bus murah ini datang sedikit telat, seperti yang sudah diperingati dalam testimoni-testimoninya online. 

Tiga potong sushi kemudian, yang saya beli di supermarket di belakang halte, tibalah bus yang kami tunggu-tunggu. Begitu melihat paspor kami, sang supir menyapa kami dalam Bahasa Indonesia. Kaget juga, tapi setelah diingat-ingat bahwa banyak orang Indonesia di Belanda, nggak heran juga sih. 

 

Perjalanan bus lancar dan tidak macet seperti yang diwanti-wanti Deazy, teman kami yang sudah bertahun-tahun jadi penduduk Belgia. Memasuki kota Amsterdam, saya mengira akan langsung melihat gedung-gedung tua. Ternyata yang saya dapat adalah pemandangan gedung-gedung modern yang tidak mengesankan dan letaknya pun jarang-jarang, terlihat hampir tak beraturan. Mungkin bukan salah kotanya, tapi harapan saya saja yang berbeda.

Apr 13, 2020

Bermain ke Masa Lalu Copenhagen



Di artikel sebelum ini, saya sudah menceritakan tentang jalan-jalan di Kopenhagen (Copenhagen) dengan tema desain dan arsitektur modern. Sekarang, kita kembali ke masa lalu ibukota Denmark ini.

Pemukiman pertama di Kopenhagen diperkirakan sudah ada sejak 6000 tahun yang lalu, tapi catatan tertulis yang ditemukan baru ada sejak tahun 1043. Hingga sekarang, kota yang bernama asli København ini sudah mengalami beberapa kali kehancuran dan pembangunan kembali akibat perang antara Denmark dengan Swedia, Inggris, dan Jerman, dan juga karena wabah penyakit (waduh, jadi ingat wabah covid-19 yang sedang berlangsung) dan dua kali kebakaran besar. Sejak tahun 1813, ketika Denmark bangkrut dan harus menyerahkan Norwegia pada kekuasaan Swedia, perlahan-lahan Kopenhagen menata kembali kehidupannya.

Mar 31, 2020

Copenhagen, Desain, dan Arsitektur




Menurut Design Milk, Copenhagen adalah ibukota desain di area Nordik. Kalau memang benar, berarti saya sudah memilih destinasi yang tepat dalam trip Eropa kami tahun lalu, karena tujuan utama saya ke Copenhagen adalah melihat langsung karya-karya desainnya, termasuk arsitektur. Namun kami hanya punya 3 hari penuh – hari kedatangan dan keberangkatan tidak dihitung – di ibukota Denmark ini. Jadi, saya hanya bisa memasukkan sedikit items dalam itinerary yang berhubungan dengan desain.

DANISH ARCHITECTURE CENTER (DAC)

DAC ini tempat untuk bermacam-macam kegiatan yang berhubungan dengan arsitektur, seperti pameran, diskusi, seminar, dan tur. Sejak 2018, DAC bertempat di gedung BLOX, gedung modern yang dirancang oleh OMA, biro arsitektur terkenal dari Belanda. Kekakuan bentuk gedung steel and glass ini seolah dilenturkan oleh lokasinya yang berbatasan dengan sungai, dan cat pelangi yang menyambut pengunjung di tangga pintu masuk.

Mar 28, 2020

Highlight di Copenhagen: 8 House dan Arsitektur Lainnya di Ørestad



COPENHAGEN sudah menjadi destinasi bucket list saya sejak satu dekade yang lalu. Waktu itu saya tertarik dengan tulisan teman saya, Jaka Setia, di majalah Panorama, bahwa penduduk Copenhagen ke mana-mana naik sepeda. Lalu di tahun 2017 saya menonton serial dokumenter “Abstract” di Netflix, yang salah satu episodenya bercerita tentang Bjarke Ingels. Ia seorang arsitek dengan karya-karya kontemporer yang selalu memperhitungkan faktor lingkungan. ‘That’s it. Saya harus ke Copenhagen,’ tekad saya makin bulat. Maka ketika tiba kesempatan jalan-jalan ke Eropa dengan Diyan di tahun lalu, saya mengusulkan dengan sedikit memaksa untuk memasukkan Copenhagen ke dalam rencana kami. Usul diterima. Saya langsung browsing sana-sini tentang apa saja yang ingin saya lakukan di Copenhagen selama lima hari.

Yang sudah pasti masuk itinerary adalah melihat gedung apartemen 8 Tallet atau 8 House. Ini salah satu gedung rancangan Bjarke Ingels dengan biro arsitekturnya, BIG, yang dibahas dalam “Abstract”. Gedung ini juga disebut sebagai Big House dan berlokasi di Ørestad, pinggiran kota Copenhagen yang terletak di Pulau Amager, tidak jauh dari bandara. Kami ke sana naik Metro hingga stasiun Vestamager, lalu jalan kaki sekitar 550 meter.

Sep 22, 2019

Kembali ke Abad Pertengahan di Ghent, Belgia


-->



Saya dan Diyan mendapatkan rekomendasi untuk berkunjung ke Ghent dari seorang turis Belgia yang nggak sengaja bertemu kami waktu di Bali beberapa tahun lalu. Katanya, dibandingkan dengan Bruges yang lebih terkenal berkat film “In Bruges” yang dibintangi Colin Farrell, Ghent tak kalah indah dan antik, dan tidak seramai Bruges. Teman saya, Deazy, yang sudah 10 tahun tinggal di Belgia pun bilang begitu. Maka kami putuskan untuk bermain-main di Ghent seharian.

Karena kebiasaan bergerak santai di pagi hari, kami baru tiba di Ghent, atau Gent, menjelang tengah hari. Baru sebentar sampai di downtown, hujan gerimis menyambut. Kami berteduh di sebuah toko coklat, dan langsung disambut kebingungan memilih coklat dari begitu banyak varian. Jangan tanya apa saja variannya karena saya sudah lupa. Tapi saya ingat betul menikmati lezatnya coklat-coklat imut itu di meja depan toko sambil menunggu hujan reda. Menengok ke kanan dan kiri, bangunan tua masih banyak berdiri kokoh. Lonceng gereja terdengar lantang, mungkin dari gereja Saint Nicolas, salah satu landmark kota itu. Rombongan turis berbaris tertib di seberang jalan, memakai jas hujan dan payung, berjalan mengikuti pemandu tur.

Sep 18, 2019

Mencari Komik, Art Nouveau, dan Wafel di Brussels


-->



Brussels adalah entry point saya ke Belgia. Dilihat sekilas, benar saja kata teman saya bahwa Brussels nggak secantik Paris. Tapi nggak masalah, karena saya ke sana untuk berkunjung ke museum komik, melihat gedung-gedung Art Nouveau, makan waffle dan kentang goreng. 


Berburu Gedung Art Nouveau

Dari mata kuliah Sejarah Seni Rupa dulu saya mengetahui ada aliran seni yang namanya Art Nouveau, yang berkembang pada tahun 1890-1910. Tapi saya baru tahu bahwa gaya ini berkembang di Brussels, salah satunya karena perekonomian Brussels yang sedang berkembang waktu itu. Art Nouveau bisa ditemukan pada arsitektur, perabot, mode pakaian, hingga poster dan font. Ciri khas gaya yang dekoratif ini adalah bentuk floral dan sulur yang organik, serta penggunaan materi baja dan besi pada bangunan.

Jul 16, 2019

Tujuan ke Belgia: Museum Hergé!




“Gue senang deh, lo di Belgia lumayan lama. Orang tuh sering cuma lewat doang. Abis liburan di Paris, terus langsung ke Amsterdam, mampir makan siang doang di Brussels,” ujar Deazy, teman saya yang sudah menetap lebih dari 10 tahun di Rotselaar, kota kecil dekat Brussels.

Secara geografis, Belgia memang diapit Prancis dan Belanda. Saya dan Diyan mengalokasikan waktu 6 malam 7 hari di Belgia dalam perjalanan sebulan kami diEropa. Empat malam menginap di rumah Deazy dan suaminya di Rotselaar, dan dua malam menginap di Airbnb di Antwerp. Dari Rotselaar, kami melakukan day trips ke Brussels, Leuven, Ghent, Tervuren, dan Louvain-la-Neuve. Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan ngapain saya ke kota yang terakhir disebut tadi.

Jun 17, 2019

PARIS, JE T'AIME


-->

Menara Eiffel sore dan malam hari.


Saya nggak berharap macam-macam terhadap Paris. Malah, tadinya kota ini nggak masuk itinerary kami karena sudah teramat sering melihat foto-fotonya di berbagai media. Yang membuat kami memilih Paris adalah karena kami dapat tiket Etihad dengan harga oke ke sana, sebagai gerbang perjalanan Eropa kami kali ini. Namun, ekspektasi saya salah. Ternyata ibukota Prancis ini mampu membuat kami berdecak kagum hampir di segala sudutnya!

KESAN PERTAMA TENTANG KOTA PARIS


Di penghujung musim semi yang masih saja dingin, Paris menyambut kedatangan kami dengan gedung-gedungnya yang cantik. Bentuk atapnya khas seperti trapesium, yang disebut ‘Mansard roof’. Ukiran detail menghiasi fasad, dari yang berbentuk flora hingga Medusa dan para malaikat kecil. Pagar balkon tak kalah detailnya, mempercantik gedung-gedung yang usianya sudah lebih dari seabad. Dari bandara kami turun di stasiun metro Sully-Morland, lalu jalan kaki 400 meter ke Airbnb. Kamar yang kami sewa berada di unit apartemen di lantai 4 di gedung sudah berdiri sejak tahun 1905 dan tidak ada lift. Lumayan juga ngangkat koper sampai ke lantai 4 - dan nomor lantai dimulai dari G, bukan 1, jadi sebenarnya kami naik ke lantai 5! 

Jun 4, 2019

Budget dan Itinerary Keliling Eropa 31 Hari




Sejujurnya, saya bingung mesti mulai bercerita tentang trip Eropa kemarin dari mana. Menginap di enam negara, delapan kota, dan day trip ke beberapa kota, banyak sekali yang berkesan. Semua dilakukan dalam 31 hari, wira-wiri naik bus, kereta, trem, pesawat, dan perahu. Cuaca dingin sampai ke 2°C di pagi hari, ditambah angin yang suka seenaknya berembus, tapi kadang juga cukup hangat sampai 20°C. Di Copenhagen, kami bahkan mengalami hujan es blutak-blutuk selama 5 menit. Di Berchtesgaden, salju turun, padahal sudah bulan Mei!

Macam-macam sekali yang kami alami dan kami lihat dalam tiap destinasi, tapi ada beberapa benang merah yang bisa saya tarik. Saya merasa – ini memang sudah jadi rahasia umum – kualitas hidup di sana baik sekali, dan itu dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari udara yang bersih, sampah yang jarang berserakan, transportasi umum yang memadai dan jelas jadwalnya, sampai WC umum yang kebanyakan bersih dan terpelihara. Banyak tersedia ruang publik yang nyaman, begitu juga ruang berekspresi seni – banyak sekali museum/galeri seni dan desain di sana. Air keran aman untuk diminum, dan banyak bangunan tua yang masih terpelihara dan berfungsi dengan baik. Tentunya semua itu saya lihat dari kacamata wisatawan yang singgah cuma 2-5 hari di masing-masing kota. Bagi warganya, pasti ada saja hal-hal yang masih bisa dikeluhkan. (Dan entahlah apa saja yang ‘membayar’ semua ‘kemewahan’ itu di dunia belahan lain.)

Apr 1, 2019

Cara Daftar Visa Schengen Via Prancis Lewat TLS


-->



Senangnyaaa! Alhamdulillah saya dan Diyan dapat visa ke Schengen lagi. Di tahun 2015 kami dapat visaSchengen via kedutaan Yunani untuk jalan-jalan di sana selama sebulan. Sekarang kami akan pergi ke beberapa negara, juga untuk sebulan.

“Hah? Sebulannn?? Lama amat!” itu komentar yang sering saya dengar. Yah, udah mahal-mahal beli tiketnya, dan udah ikut nyumbang jejak karbon di udara, sayang dong kalau di sana cuma semingguan. Hihihi.

Nah, bagaimana pengalaman saya daftar visa Schengen kali ini?

Aug 24, 2018

Pengalaman Nonton Open-Aired Cinema di Athena



Pernah nggak, nonton film berbahasa asing dengan teks bahasa asing lainnya, padahal kamu nggak ngerti kedua bahasa itu sedikitpun? Saya pernah, waktu nonton film The Hundred Year Old Man Who Climbed Out A Window And Disappeared di Athena. Awalnya saya dan Diyan mengira film itu berbahasa Inggris, jadi nggak masalah kalau teksnya berbahasa Yunani. Ternyata, seperti novel aslinya, dialog dalam film ini berbahasa Swedia. Waduh! Walhasil kami cuma bisa menebak-nebak jalan ceritanya karena belum pernah pula membaca novelnya.

May 29, 2018

Sejarah Kelam Seputar 'Death Railway' di Kanchanaburi, Thailand




Lintasan kereta yang mematikan bagi para pembangunnya.


Di tengah-tengah tripBangkok yang lalu, saya menyempatkan untuk melipir ke Kanchanaburi  selama dua hari satu malam. Detour  ini dipicu oleh film The Railway Man yang saya tonton sebelumnya. Film yang dibintangi oleh Collin Firth dan Nicole Kidman ini berkisah tentang efek traumatis dari penyiksaan tahanan perang Sekutu oleh Jepang yang terjadi di Thailand, khususnya di Kanchanaburi. Seperti yang kita tahu, tentara Jepang kalau menyiksa bisa sangat sadis. Itu pula yang terjadi di Kanchanaburi di sekitar tahun 1942-1943, dan ini adalah kisah nyata.

Perjalanan dari Bangkok ke Kanchanaburi naik mobil memakan waktu sekitar 2,5 jam. Tujuan pertama di sana adalah jembatan sungai Khwai Yae. Jembatan ini berfungsi sebagai rel kereta, juga penyeberangan untuk pejalan kaki. Ia terkenal akibat sejarahnya yang pernah dua kali dibom oleh Sekutu. Mungkin bagi wisatawan Indonesia situs ini kurang populer, tapi sudah banyak sekali wisatawan di sana yang datang dari berbagai negara.

May 6, 2018

Bangkok, Dari Yang Mainstream Sampai Non-Mainstream


Untuk yang pertama kali ke Bangkok, biasanya akan mengunjungi berbagai kuil, istana, Khaosan Road, dan belanja di Catucak. Saya pun dulu begitu. Bahkan sampai sekarang, sudah beberapa kali ke Bangkok, masih ada hal sama yang saya lakukan dengan kali pertama ke sana di tahun 2006. Beberapa bagian di Bangkok memang begitu mengesankan, sehingga saya rela mengulanginya. Tapi masih banyak bagian Bangkok lainnya yang patut dijelajahi. 

Akhir tahun kemarin saya berlibur ke Bangkok (dan Kanchanaburi) dengan keluarga. Tapi karena usia 6 (keponakan saya) hingga 74 tahun (ayah saya) tentu berbeda-beda sekali kesukaannya, saya dan Diyan lebih banyak melakukan kegiatan secara terpisah dari mereka.

Flight to Bangkok.