Feb 13, 2017

Litochoro, Kota Kecil yang Damai di Kaki Gunung Olympus



“That’s Paris. He’s the gang leader around here,” kata Manolis, sambil menunjuk seekor kucinghitam putih berbadan besar dan berekor panjang. Sore itu kami baru selesai jalan-jalan keliling pusat kota Litochoro, dan bergabung dengan Manolis dan Elif, anaknya, yang sedang bermain dengan Paris di depan rumah mereka. Manolis adalah host Airbnb kami, seorang pria asli Yunani beristrikan Arzu, asal dari Turki.

“The economy situation is bad. Arzu is working as a lecturer. I’m an engineer and I used to build buildings, but now I’m mostly doing smaller jobs, like repairing the tiles and things like that,” Manolis bercerita tentang mengapa mereka perlu tambahan penghasilan dengan menjadi host Airbnb. Rumah mereka dua tingkat. Mereka tinggal di lantai dua, sedangkan lantai satu terdiri dari dua unit kamar yang disewakan. Tiap unit dilengkapi 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan ruang tengah yang tersambung dengan dapur, serta akses sendiri untuk keluar masuk.
Jalan pulang menuju Airbnb kami.

Paris dan Elif, dua-duanya menggemaskan.

Jalan menuju pusat kota.

Litochoro's roundabout.

Kuburannya aja cakep.
Pemandangan menuju Enipea.


Lokasi rumah Manolis tak jauh dari pusat kota, tempat kami berbelanja bahan makanan, dan tempat ramainya orang-orang berkumpul di malam hari. Namun karena kontur yang menanjak, tiap pulang rasanya seperti berolahraga. Apalagi kalau tersasar karena lika-liku jalannya yang membingungkan, bahkan bagi Diyan yang biasanya seperti GPS berjalan. Pernah kami tersesat dan rehat sejenak di sebuah toko kelontong. Sang pemilik toko bertanya kami menginap di mana. Begitu kami sebut nama Manolis, ia langsung meneleponnya, yang ternyata teman akrabnya, dan 10 menit kemudian Manolis datang menjemput kami dengan mobilnya. Itu kejadian yang agak bikin malu, sih, tapi lucu juga untuk dikenang.

Litochoro ini bagaikan bar Cheers dari sitkom tahun ‘80an, yaitu “..where everybody knows your name..”. Di situ juga relatif aman, seperti kata Manolis, “The biggest crime in these last few years was a TV set theft. It became a talk of the town for the whole year!” Wow. Dan katanya, wajah Asia seperti kami ini jarang ditemukan di Litochoro. Tetangganya ada yang mengira kami dari Cina, karena hampir semua orang bermata sipit dan berhidung seadanya akan dikira orang Cina. Litochoro bukannya sepi turis, malah justru banyak turis, tapi memang jarang yang dari Asia. Kebanyakan turis mampir ke sana untuk mendaki Gunung Olympus karena kota ini berada di kaki gunung para dewa tersebut.

(Baca juga: pengalaman kami mendaki Gunung Olympus).

Sehari sebelum mendaki Olympus, kami trekking ringan ke bukit yang tak jauh dari rumah Manolis, kalau nggak salah namanya Enipea. Ada rute dari situ yang menyambung ke Oympus, tapi kami hanya berjalan beberapa kilometer, sekadar pemanasan sebelum naik gunung betulan. Olympus terlihat dari situ, sayangnya terlihat juga corat-coret tangan jail di bebatuan.

Si Diyan cari wangsit di pucuk bebatuan.

Saya mah menikmati pemandangan ini aja.

Lalu sama-sama pamer pemandangan Enipea.

Biar kesannya bad-ass, suka manjat tebing.

Kalau bukan karena Gunung Olympus, mungkin kami nggak akan pernah tahu yang namanya kota Litochoro dengan segala kehangatannya. Sekarang, tiap ada yang bertanya tempat apa yang paling berkesan selama trip Yunani ini, Litochoro sering menjadi jawaban saya, bersaing ketat dengan Oia di Santorini. Bukan pemandangan instagramable yang menjadikannya berkesan, tapi suasana kota dan warganya yang ramah, sederhana, dan santai. Kalau ada pilihan untuk tinggal di Litochoro, saya mau, asalkan tiap musim dingin bisa kabur ke tempat hangat, menghindari salju yang bisa satu meter tingginya.

Litochoro dari jauh, berlatarkan Olympus.



*Masih dalam 28 Days Blogging Challenge, tema hari ini adalah “destinasi”.

6 comments:

  1. Eh busyet itu kuburan desain nya manja banget. Itu mahal ngak kayak sandiego hill ??? Hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... mungkin jadi mahal dengan ongkos ngelayat sekeluarga dari sini ke sana ya kaaakk :P

      Delete
  2. Iya, kuburannya cakep banget desainnya..

    Jalanan kotanya juga seru ya. yang tinggal di sana mungkin otot kakinya kencang2 karena biasa naik turun tanjakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. *brb ke Yunani buat ngecek kaki-kaki orang Litochoro..

      Delete
  3. mbakkkkk,, ketemu dewa yunani ganteng nggak di kaki olympus?
    *efek kebanyakan baca mitologi yunani yang pake visualisasi gambar om om super ganteng

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggak, ketemunya malah di kereta (metro), banyak yang kayak dewa-dewa yunani gitu :))

      Delete