“Hah? Sebulan? Yunani doang? Kenapa nggak ke negara lain
juga?” Itu rata-rata respons orang ketika tahu durasi saya dan Diyan di Yunani.
Yah, pengen sih ke semua negara di dunia ini, tapi juga pengen lihat banyak
banget di Yunani.
Sudah sebulan saja, menurut saya masih kurang. Kami batal ke
Zakhintos dan Pulau Lesbos karena rutenya terlalu menyimpang dari tujuan-tujuan
utama lainnya, dan menyesal karena hanya menginap satu malam di Thessaloniki.
Thessaloniki adalah kota besar di utara Yunani yang nggak menarik
saat kami browsing saat membuat rencana
perjalanan. Kami terpaksa ke Thessaloniki sebagai titik transit sebelum lanjut ke
Meteora. Jadi, kami pikir satu malam saja cukup.
Sampai di hotel Aegeon sore hari, niatnya kami istirahat sejenak,
tahu-tahu bablas tidur sampai pagi. Di hari kedua barulah kami coba-coba naik
bus kota untuk mencari area pertokoan dan perkafean yang sempat saya lihat dari
arah bandara. Kami sudah memelajari cara bayar karcis bus sejak di Heraklion,
tapi itu nggak cukup. Kami malah tersesat ke pasar sayur-mayur.
(Baca juga: Farmers market di Thessaloniki.)
Dari pasar, kami menebak-nebak lagi naik bus apa untuk ke
pertokoan tersebut. Sulit untuk menanyakannya pada siapapun karena saya nggak
tahu namanya dan deskripsi yang terlalu umum. Setelah tersesat ke sana kemari,
akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke arah hotel. Di perjalanan itu justru kami
menemukan tempat-tempat yang menarik dan kami impulsif turun dari bus.
Area pertama entah apa namanya. Yang jelas, kami menemukan kedai
yang cukup murah untuk makan siang. Dan, ah, saya sangat suka makan siang
al fresco di dekat taman. Kelar makan, kami
bermaksud melanjutkan perjalanan naik bus kota. Tapi tertunda sebentar demi
mencicipi es krim pistachio yang ternyata sangat saya sukai karena rasanya dan karena
namanya dalam bahasa Yunani:
fistiki. Gemas!
|
Es krim fistiki! |
|
Kios majalah tempat beli karcis bus kota. |
|
Al fresco lunch! |
Perhentian impulsif kedua adalah suatu jalan dengan deretan toko
modern yang bersatu dengan apartemen dan perkantoran, menempati bangunan-bangunan
yang agak ‘klasik’. Setelah belanja sedikit, kami berjalan sambil mereka-reka
arah.
Sampailah kami di Aristotelous Square. Sebagian besar dari city square ini dibangun pada tahun 1950-an,
dan sampai kini menjadi bagian terpenting kota Thessaloniki. Berbagai peristiwa
politik, perayaan Natal, hingga festival film kerap diadakan di sini. Warga lokal
maupun turis seperti kami banyak yang menghabiskan waktu di sini, apalagi saat
itu cuaca sedang ramah sekali.
Ngomong-ngomong tentang ramah, saya mengalami hal kurang
enak di Aristotelous Square. Seorang pria berkulit hitam menawarkan gelang warna-warni
pada saya. Ia bukan hanya menyapa dengan gombal, mengatakan bahwa saya cantik
seperti foto model, tapi juga ‘ramah’ alias rajin menjamah – ia memaksa
memakaikan gelang tersebut di tangan saya. Untung saya berhasil mengelak dan berjalan
menjauhinya. (
Hal
serupa dialami teman saya Clara di Paris.)
|
Aristotelous Square. |
|
Gantian foto sama turis lain. |
|
Remaja Thessaloniki. |
|
Banyak merek toko yang familiar. |
Kami nggak bisa lama-lama di lapangan itu karena sudah ada
jadwal bus di sore hari untuk ke Kalambaka. Kembali kami naik bus ke hotel,
packing, lalu
ciao ke Macedonia Intercity Bus Station, meninggalkan Thessaloniki
yang ternyata jauh lebih menarik dari yang kami kira. Masih ada White Tower,
tembok Byzantium, gereja Agia Sophia, dan banyak lagi tempat bersejarah di sana
yang belum kami kunjungi. Semoga masih ada lain kali.
Pernah nggak kamu menyesal cuma menghabiskan waktu sebentar di destinasi yang ternyata menarik banget?
*
Tema ke-27 dalam 28 Days Blogging Challenge,
seperti setiap Senin, adalah "destinasi".
|
Patung Aristotelous di 'square'-nya. |
|
Ada Chaplin di Thessaloniki! |
|
Jalanan Thessaloniki. |
|
White Tower di kejauhan sana. Maybe next time! |
seringnya gitu, destinasi yang nggak ada di rencana malah kece badai :D makanya kemarin ke NZ nggak pake rencana detail. selow aja ngikutin alur~
ReplyDeleteiya, kadang bahkan Mbak Google pun nggak bisa menggambarkan suatu tempat dengan pas ya, soalnya persepsi mah subjektif banget :D
Deletekok saya baru tau blog mu yang in ya kak :)
ReplyDeletehehe iya mas.. ini semi iseng2 :D
DeleteHooh, seandainya mungkin, perjalanan tanpa batas waktu pasti menyenangkan ya. Tapi kalo udah punya tiket ke sana-ke mari ya mau ga mau mesti nunut jadwal.
ReplyDeletekamu sekarang belum punya tiket ke sana kemari ya Re? enjoooyy!
DeleteYunani ini udah jadi salah satu negara impian yang pengen saya kunjungi sejak lama (kayaknya sejak Olimpiade Athena 2004 deh). Mengenai menghabiskan banyak waktu di satu negara itu memang selera sih, dan kembali ke gaya jalan tiap orang, juga apa yang diprioritaskan oleh masing-masing individu. Saya waktu ke Istanbul satu minggu aja masih belum cukup. Banyak banget tempat menarik yang gak sempat dikunjungi waktu itu. Tapi di lain pihak, satu minggu buat sebagian orang cukup untuk pergi ke tiga, empat, bahkan lima negara. Anyway, terus jalan-jalan dan tebar inspirasi ya!
ReplyDeleteya, betul. ngga ada yang bisa maksain gaya jalan2 tiap orang.
Deleteindah sekali kota thesslonikinya, wajib nih di masukan ke list liburan nanti.. terimakasih kak
ReplyDeletekeren bangettttt mbaaaaa.. (abis baca blog2nya ttg yunani), mudah2an trip saya di Thessaloniki bakalan menyenangkan. saya rencana ke Thessaloniki aja niy dalam waktu 9 hari, kalau teman saya dapat cuti saya mampir ke Thassos.
ReplyDeletewaah, senangnya, bisa eksplor thessaloniki cukup banyaakk!
Deletethassos kayaknya cantik, ya.. have fun!