Mar 31, 2020

Copenhagen, Desain, dan Arsitektur




Menurut Design Milk, Copenhagen adalah ibukota desain di area Nordik. Kalau memang benar, berarti saya sudah memilih destinasi yang tepat dalam trip Eropa kami tahun lalu, karena tujuan utama saya ke Copenhagen adalah melihat langsung karya-karya desainnya, termasuk arsitektur. Namun kami hanya punya 3 hari penuh – hari kedatangan dan keberangkatan tidak dihitung – di ibukota Denmark ini. Jadi, saya hanya bisa memasukkan sedikit items dalam itinerary yang berhubungan dengan desain.

DANISH ARCHITECTURE CENTER (DAC)

DAC ini tempat untuk bermacam-macam kegiatan yang berhubungan dengan arsitektur, seperti pameran, diskusi, seminar, dan tur. Sejak 2018, DAC bertempat di gedung BLOX, gedung modern yang dirancang oleh OMA, biro arsitektur terkenal dari Belanda. Kekakuan bentuk gedung steel and glass ini seolah dilenturkan oleh lokasinya yang berbatasan dengan sungai, dan cat pelangi yang menyambut pengunjung di tangga pintu masuk.




Waktu itu sedang ada dua pameran berlangsung di sana. Yang pertama, pameran bertema gerakan pelestarian lingkungan. Pameran ini menampilkan dokumentasi presentasi dan aksi protes anak-anak dan remaja dalam foto, poster, dan video. Pameran ini bahkan memiliki playlist Spotify yang dibuat oleh tim DAC. Ada pula pojok workshop untuk membuat kursi dari kayu bekas.

Lalu ada bagian yang menampilkan maket-maket bangunan dengan konsep ramah lingkungan dan ramah sosial. Konsep yang paling canggih menurut saya adalah Emre Üngör (Balance Between), yaitu konsep jembatan yang dilengkapi dengan menajemen banjir built-in, yang menghubungkan pemukiman kaya dan miskin yang terpisah oleh sungai Msimbazi.

Emre Üngör (Balance Between)


Maket gedung sekolah karya Dorte Mandrup dan desain lainnya.

Workshop membuat kursi dari kayu bekas.


Pameran kedua yaitu karya-karya salah satu arsitek Denmark ternama, Dorte Mandrup. Karya utama yang dipamerkan adalah Icefjord Center yang sedang dibangun di area perlindungan UNESCO di Ilulissat, Greenland, dan dijadwalkan untuk kelar di musim gugur tahun ini. Entah pembangunannya terpengaruh oleh wabah covid-19 atau tidak. Bangunan ini akan digunakan sebagai tempat berkumpul, pameran, dan viewing point untuk orang lokal, turis, ataupun ilmuwan yang sedang meneliti. Maket yang pernah dipamerkan di Venice Biennalle 2018 ini diinstalasi dengan sangat niat. Ruangan hanya diterangi cahaya biru, dengan musik ambiance yang seperti meniup-niupkan angin dingin.

Di ruangan sebelahnya, terdapat sebidang besar bak berisi ilalang kering. Pengunjung bebas berjalan-jalan atau bahkan tidur-tiduran di atasnya, asalkan melepas sepatu dan memakai kaus kaki. Ini adalah gambaran bahan ilalang khas bangunan Viking, bangsa pelaut Nordic yang berumah di – kini – Denmark, Swedia, dan Norwegia. Beberapa proyek Mandrup memang mengangkat ciri khas bangunan Viking dan ia menggunakan ilalang karena kualitasnya yang bagus. Lalu di salah satu pojok ruangan terdapat pameran proyek-proyek besar Mandrup lainnya, termasuk gedung IKEA baru di Copenhagen yang dan sebuah gedung TK.

Bak ilalang dengan suatu pojok VR di kiri.

Maket Icefjord Center.

Penggambaran dinginnya di Greenland.


DAC juga memiliki kafe, jadi jangan takut kelaparan kalau ke sini. Dan jangan takut tersesat atau clueless di ruang pameran, karena ada staf yang menyapa dan bisa membantu kita untuk lebih mengerti tentang pameran atau tentang DAC itu sendiri.

Website: dac.dk
Tiket masuk: 110 DKK


SELF-GUIDED WALKING TOUR WITH DAC APP

DAC menyediakan walking tour untuk beberapa area di Copenhagen. Sayangnya, waktu itu tidak ada jadwal yang pas dengan saya. Untungnya, mereka punya aplikasi DAC untuk self-guided tour alias tur dengan menggunakan info di app sebagai pemandu kita. Kita bisa memilih tur berdasarkan area, lokasi, atau arsiteknya.

Saya memilih tur proyek-proyek karya BIG (Bjarke Ingels Group). Sebagian gedungnya sudah saya bahas di post sebelum ini, yaitu tentang 8 House, VM Husene, dan VM Bjerget di Ørestad. Selain itu, saya sempat juga ke dua proyeknya yang lain.

Superkilen adalah proyek taman di sebuah lingkungan tempat tinggal yang dihuni oleh banyak imigran dari berbagai negara. Taman ini paling dikenal dengan garis-garis putih panjang yang tidak lurus di aspal. Untuk merayakan diversitas penduduknya, taman tersebut dilengkapi elemen-elemen etnis yang bervariatif, seperti bangku keramik ala Timur Tengah dan meja mahyong ala Cina. Keberagaman ini cukup mengejutkan karena, setahu saya, penduduk Denmark sangatlah homogen.

Superkilen di sore hari.

Kontur yang naik turun membuatnya semakin playful.

Perosotan berbentuk gurita yang mirip topeng Darth Vader.


Havnebadet, yang artinya Harbour Bath atau Kolam Renang di Dermaga, adalah salah satu proyek awal BIG. Dibangun pada tahun 2003, fasilitas umum eksperimental ini bertujuan membuat orang keluar dari rumah dan merayakan pentingnya air bagi kehidupan masyarakat Copenhagen. Walaupun terdapat di tengah kota, air sungainya sudah dibersihkan dari selama 10 tahun sebelumnya. Sayangnya, waktu kami ke sana cuaca masih dingin sekali dan angin berhembus kencang. Mungkin karena itu Havnebadet belum dibuka untuk umum, masih digembok pagarnya.

Havnebadet, kolam renang sekaligus tempat berkumpul di tepi sungai untuk umum.

Saat musim masih dingin, pagar masih digembok.


Download app: DAC
Harga: gratis


DESIGNMUSEUM DANMARK (Denmark Design Museum)

Nama museumnya generik banget, tapi ya memang koleksinya sesuai namanya. Karya desain segala bidang, baik dari Denmark ataupun negara lainnya, ada di sini. Desain mebel, perkakas dapur, poster, sampul buku, pakaian, peralatan medis, ukiran baja, keramik, telepon umum, sepeda, dan banyak lagi.

Artichoke Lamp, desain aslinya oleh Poul Henningsen pada tahun 1958.


Dari semua itu, rasanya desain kursi yang paling banyak dipamerkan. Entah kenapa sepertinya orang Denmark suka sekali dengan kursi. Bahkan ada satu ruangan khusus yang memamerkan kursi. Mungkin seperti yang dikatakan desainer Hans J. Wegner, “The chair is the piece of furniture that is closest to human beings. You can give it the personal touch.” Wegner adalah desainer kursi The Chair, yang ikonik dan mendunia karena dipakai oleh JFK dan Richard Nixon dalam acara debat di televisi Amerika pada tahun 1959. Satu lagi karya Wegner yang ikonik dan masih laris sampai sekarang adalah Wishbone Chair (CH24).

Ruangan khusus kursi adalah display yang paling menarik buat saya. Rak tiga tingkat terdapat di dua sisi ruangan, dengan kemiringan yang disesuaikan dengan eye-level pengunjung. Keterangan untuk masing-masing kursi tidak dipasang di bawah objek seperti biasanya, tapi di papan yang bisa ditarik dari celah antar rak kursi. Kreatif, hemat ruang, dan menjaga layout tetap bersih!

Foto dari designmuseum.dk 
Klismos Chair, terinspirasi oleh kursi dari zaman Yunani Kuno.

Bow Chair, desain oleh Grete Jalk, 1963.

The People's Chair, desain oleh Borge Mogensen, 1947.


Designmuseum Danmark ingin menunjukkan desain-desain dengan kualitas baik. Namun, saya rasa display di beberapa ruangan lainnya terlalu padat. Banyak produk yang dipamerkan dengan label yang hanya menyebutkan nama produk, desainer, dan tahun desainnya. Tapi tidak semua menjelaskan apa pentingnya produk itu dalam perkembangan desain Denmark ataupun dunia, atau kenapa ia sampai harus dipamerkan di situ.

Koleksi mereka memang bertambah terus. Sekarang pun Designmuseum Danmark sudah menempati gedung kedua, yang lebih besar daripada gedung pertama, sejak tahun 1926. Dulunya bangunan bergaya Rococo ini berfungsi sebagai rumah sakit, dibangun sejak tahun 1752. Tak heran, gedung ini berbentuk segiempat dengan taman di tengah-tengah, tempat dulu para pasien sering dibawa untuk relaksasi. Ketika beralih fungsi, gedung ini direnovasi oleh Kaare Klint, seorang desainer furniture dan arsitek penting di Denmark.

Radio gramofon bermerek Braun, yang masih memproduksi piranti audio hingga kini.

Desain grafis.

Kumpulan poster karya Henri de Toulouse-Lautrec di satu ruangan khusus.

Kumpulan karya Post Modernism.


Selain pameran permanen, museum ini juga selalu mengadakan pameran temporer. Waktu itu, sedang ada pameran “Bauhaus”. Kebetulan saya pun sedang penasaran dengan aliran desain yang berasal dari sekolah desain di Jerman ini. Sayangnya, waktu itu sudah jam dua siang, yang berarti sudah dua jam lewat dari jam makan saya – saya memang butuh makan tepat waktu. Daripada makin pusing rasanya kepala ini, apalagi setelah menelan begitu banyak informasi dari museum, saya putuskan untuk langsung saja menuju ke Klint Café yang berada di dekat pintu keluar.

Setelah makan, saya putuskan untuk keluar saja – setelah belanja sedikit di gift shop, tentunya – karena 3-4 jam ‘belajar sejarah desain’ rasanya cukup untuk sehari. Cukup membuat saya makin jatuh cinta lagi dengan dunia desain. Cukup membuat saya bertekad untuk lebih serius dalam mendesain. Dan cukup membuat saya agak menyesal karena sempat meninggalkan dunia desain selama lebih dari satu dekade. Begitu banyak yang bisa dieksplorasi, begitu serunya melihat karya-karya desain yang baik.

Kursi bergaya Art Nuveau dari Prancis.

Tutup selokan aja keren gini, ya?
Smørrebrød di Klint Cafe
Gedung Designmuseum Danmark di tengah kota Copenhagen.

 
Website: designmuseum.dk
Harga tiket masuk: 115 DKK





No comments:

Post a Comment