Jul 16, 2019

Tujuan ke Belgia: Museum Hergé!




“Gue senang deh, lo di Belgia lumayan lama. Orang tuh sering cuma lewat doang. Abis liburan di Paris, terus langsung ke Amsterdam, mampir makan siang doang di Brussels,” ujar Deazy, teman saya yang sudah menetap lebih dari 10 tahun di Rotselaar, kota kecil dekat Brussels.

Secara geografis, Belgia memang diapit Prancis dan Belanda. Saya dan Diyan mengalokasikan waktu 6 malam 7 hari di Belgia dalam perjalanan sebulan kami diEropa. Empat malam menginap di rumah Deazy dan suaminya di Rotselaar, dan dua malam menginap di Airbnb di Antwerp. Dari Rotselaar, kami melakukan day trips ke Brussels, Leuven, Ghent, Tervuren, dan Louvain-la-Neuve. Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan ngapain saya ke kota yang terakhir disebut tadi.


Museum Hergé di Louvain-la-Neuve


Jadi, alasan utama saya ingin ke Belgia adalah Museum Hergé. Museum yang baru dibuka pada tahun 2009 ini menceritakan tentang Hergé, pembuat komik Tintin. Ini adalah salah satu komik favorit saya sepanjang masa. Museum Hergé terletak di kota kecil Louvain-la-Neuve, sekitar 30 km dari Brussels. Dua bahasa utama di Belgia adalah bahasa Belanda dan Prancis, dan Louvain-la-Neuve ini kota berbahasa Prancis.

Museum Hergé berarsitektur futuristik, dirancang oleh arsitek Prancis Christian de Portzamparc. Kalau dilihat dari samping, jendela-jendela besar bangunan ini mirip panel-panel komik. Dari depan, gambar Tintin besar menyambut kedatangan saya. Oh, senangnya!

Di lobi, dinding-dinding berwarna pastel melatari meja resepsionis. Kami sudah membeli tiket online seharga 12 euro, sudah mencakup fasilitas audio guide.

Ruangan-ruangan museum dihubungkan dengan beberapa jembatan.
Alur museum yang kronologis.


Dulu saya menyangka museum ini bernama Museum Tintin. Ketika melihat isinya, nama itu nggak salah-salah amat sih, karena memang sebagian besar pamerannya menceritakan tentang Tintin, karya terbesar dari Hergé. Setiap karakter utamanya mendapat jatah panel sendiri; dari Tintin, Kapten Haddock si “sejuta topan badai”, hingga Bianca Castafiore “si bulbul dari Milan” dan Profesor Calculus.

Properti ikonis seperti roket merah putih dan kapal selam berbentuk hiu menjadi atraksi tersendiri di sini. Penggemar Tintin mana yang nggak ingat dengan edisi “Ekspedisi ke Bulan”, “Penjelajahan di Bulan”, dan “Harta Karun Rackham Merah”? (Hampir) semua edisi komik Tintin diceritakan. Mulai dari edisi pertama, “Tintin di Soviet”, edisi bertemunya Tintin dengan Kapten Haddock pertama kali ”Rahasia Kapal Unicorn”, hingga edisi terakhir yang belum rampung “Alpha Art”.

Koleksi dalam museum Hergé ditampilkan dengan variatif, bukan hanya gambar yang ditempel di dinding dengan keterangan di bawahnya. Ada gambar-gambar berpigura yang digantung seperti lukisan, rak kaca dengan berbagai posisi, hingga ruangan lingkaran yang memajang semua sampul edisi komik Tintin. Pembagian ruangannya pun berliku-liku tapi jelas alurnya.

Display tentang karakter-karakter dalam komik Petualangan Tintin.

Kapal selam dari "Harta Karun Rackham Merah".

Semua karakter penting dalam komik Tintin digantung di sini.


Selain seri Petualangan Tintin, karya-karya Hergé lainnya juga ditampilkan di sini. Sebagian karyanya sebagai desainer grafis untuk iklan, komik “Jo, Zette and Jocko”, serta “Quick and Flupke”. Juga diceritakan, kisah kehidupan pribadi Hergé, yang bernama asli Georges Remi ini.

Selesai menyusuri semua panel dalam museum, kegembiraan saya masih lanjut di toko museum. Saya memang sudah berencana untuk membeli beberapa action figure di sana. Tapi ternyata koleksi di toko ini justru nggak selengkap di Tintin Shop yang ada di kota Brussels (dan di beberapa negara lainnya, termasuk di Singapura).

Begitulah gambaran kunjungan saya ke Museum Hergé. Betapa kenangan sejak masa kecil bisa masih begitu kuat dalam hati dan pikiran, sapai bisa menjadi salah satu penggerak trip Eropa kali ini.  Tentang beberapa tempat lainnya yang kami datangi di Belgia, akan saya ceritakan berikutnya. 


Dikelilingi Tintin berbagai edisi dan bahasa!

Sketsa sampul edisi "Zamrud Castafiore".

 
Sampul awal "Cerutu Sang Faraoh".

Audio guide yang juga menampilkan beberapa foto atau video yang berhubungan dengan display museum.
Keterangan di museum tertera dalam 3 bahasa; Prancis, Belanda, dan Inggris.

1 comment: